Contoh Drama Bahasa Indonesia




Diantara Kita

Di suatu sekolah sederajat SMA yang menjadi tempat menimba ilmu para kaum elite, terdapat dua orang gadis yang nampak sangat akrab. Mereka adalah sepasang sahabat yang seolah tak dapat terpisahkan. Hampir dua tahun sudah, mereka bersama. Hingga  mereka saling mengetahui karakter mereka masing-masing. Meskipun diantara mereka terdapat banyak perbedaan, namun persahabtanlah yang menyatukan mereka.
Alexandra      :     “Tidak terasa ya, hampir dua tahun kita bersama.”
Cellin               :     “Iya. Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa hampir dua tahun sudah kita bersama, menjalani suka dan duka.”
Alexandra      :     “Cie... mendadak puitis.” (menggoda agar cellin tersulut)
Cellin               :     “Apaan sih? Baru sadar ya kalau aku sering mengeluarkan kata-kata yang puitis?”
Alexandra            :     “Sebenarnya sih, aku ragu kalau kamu puitis seperti itu. Kamu jiplak darimana ?” (menyunggingkan senyum)
Cellin               :     “Kenapa harus menjiplak, aku bisa membuat sendiri.” (bernada lebih tinggi dari sebelumnya)
Alexandra      :     “Yang benar? Kamu bohong ya?”
Cellin               :     “Kapan sih aku pernah membohongimu? Aku tidak pernah berbohong padamu.” (berkata dengan nada tinggi)
Alexandra      :     “Iya, aku tahu kok. Jangan marah ya? Aku tadi hanya bercanda.”
Cellin               :     “Seharusnya kamu tahu kalau aku tidak suka bercanda. Kita sudah bersahabat hampir dua tahun, masih juga kau tak tahu itu?” (dengan raut penuh amarah)
Alexandra      :     ” Jangan marah y! Maafkan aku.”
Cellin               :     “Iya, ku maafkan.”

Di sisi lain, nampak seorang  laki-laki tengah berdiri tegak dlm balutan kesunyian yang semakin mendekap. Raut wajahnya nampak mengkhawatirkan suatu hal. Guratan rona keseriusannya pun, tak berubah semenjak ia menerima pesan dari agen rahasia pusat.
Steve               :     “Sungguh mengkhawatirkan, gembong narkoba yang selama ini menjadi buronan, kini merubah wajahnya untuk mempersulit tugas agen rahasia. Tidak bisa dibiarkan, aku harus cepat bertindak dengan megirim detektif untuk mengusut kasus ini agar aku bisa menangkap gembong narkoba itu secepatnya. (segera mengirim pesan untuk detektif yang dipercayainya mengemban misi)
Setelah pesan itu diterima oleh Jenifer, keduanya bertemu di suatu tempat rahasia layaknya ruangan khusus bagi agen rahasia pada umumnya.
Jenifer             :     “Misi apakah yang harus saya laksanakan?”
Steve               :     ”Kamu harus bisa menemukan gembong narkoba  buronan kita. Agen rahasia pusat berkata bahwa ada kemungkinan buronan kita tengah berada di suatu sekolah sederajat SMA ternama di kota ini. Buronan memang masih duduk dikelas 2 namun, kita patut waspada. Dia adalah buronan yang cerdik. Seperti yang sudah kita ketahui, dia telah merubah bentuk wajahnya hinga sulit untuk kita kenali. Misi ini tebilang sulit, sanggupkah kamu melaksanakannya?”
Jenifer             :     “Tentu saja saya sanggup.” (berkata dengan penuh keyakinan)
Steve               :     “Kamu yakin?” (meragukan detektif pilihannya, Jenifer)
Jenifer             :     “Saya sangat yakin. Anda tidak perlu meragukan kemampuan saya. Saya akan buktikkan bahwa saya sanggup mengemban misi ini.”
Steve               :     “Mengapa anda nampak begitu yakin? Apakah anda tidak takut gagal dalam menjalankan misi ini?”
Jenifer             :     “Saya tidak akan takut atau gentar dalam menjalankan misi ini. Saya adalah seorang detektif, saya sudah terbiasa memecahkan masalah, bahkan menyelidiki atau mengungkap suatu conspiracy besar. Yang terpenting adalah, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Entah akan berbuah kegagalan atau keberhasilan, saya akan menerimanya dengan lapang dada.”
Steve               :     “Baiklah kalau begitu, mulai sekarang kamu akan menyamar menjadi anak SMA.”
Jenifer             :     “Baiklah, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menangkap buronan itu agar para remaja tidak semakin banyak terbelenggu dalam lingkaran setan narkoba.” (tersenyum kemudian berlalu dari hadapan Steve)
Tujuh hari kemudian. Ruang kelas Alexandra dan Cellin nampak berbeda dengan sebelumnya lantaran ada seorang murid baru yang bernama J.Lo. Lima hari sudah J.Lo menjadi teman baru mereka.
Alexandra      :     “Sudah lima hari kamu disini. Kamu nyaman kan?”
Jenifer             :     “Tentu saja, aku merasa sangat nyaman disini. Kalian teman-teman yang baik.” (mengembangkan senyum)
Alexandra      :     “Ya jelas dong.” (menampakkan wajah GRnya) O ya, nanti aku semeja sama kamu aja ya. Boleh kan?
Jenifer             :     “Tentu saja boleh, tapi bagaimana dengan Cellin?”
Alexandra      :     “Sudah jangan dipikirkan, nggak papa kok. Dia juga pasti memperbolehkan.”
Jenifer             :     “Ya sudah kalau begitu. Memangnya kalian lagi berantem ya? Tumben sekali kalian berpisah seperti ini.” (bernada sedikit menyelidik)
Alexandra      :     “Haduh, kamu itu seperti penyidik KPK saja tanyanya.” (tersenyum) “Jangan-jangan habis ini kamu mencari barang bukti seperti detektif yang memenuhi berita di tv itu.” (kembali tersenyum)
Jenifer             :     “Haa? Detektif? (terdiam sejenak)”Ya jelas bukanlah, aku kan siswa terimut dikelas ini.” (tersenyum)
Alexandra      :     “Waduh, bukannya lebih imut aku ya? (memasang wajah imut)
Jenifer             :     “Ya sudah, kita berdua imut. Adil kan? (tersenyum)
Alexandra      :     “Tentu.” (membalas senyum Jenifer)
Cellin               :     “Kamu duduk sama Jenifer?” (menghampiri Alexandra yang duduk disebelah Jenifer, setibanya dari kantin)
Alexandra      :     “Iya, sementara kamu duduk sendiri dulu ya?”
Cellin               :     “Ya sudah kalau begitu.” (berkata dengan kecewa kemudian menuju tempat duduknya)
                       
Tiga bulan berlalu sudah, sikap Alexandra tidak berubah terhadap Cellin. Ia seperti menjauhi Cellin dan memilih untuk bersama Jenifer. Mereka nampak sangat akrab dan dekat. Berbanding terbalik dengan sikap Alexandra terhadap Cellin.
Cellin               :     (memasuki kelas menuju sebuah meja, kemudian terlihat tengah mencari sesuatu di laci itu) “ Kok tidak ada ya? Dimana Jenifer meletakkannya?” (terus mencari suatu benda di dalam laci)”Katanya diletakkan di laci, ternyata hanya ada.” (berhenti sejenak) “Seperti..” (menarik benda itu) “Handphone? Kok Jenifer berani ya bawa handphone. Kalau ketahuan guru kan bisa bahaya. Sepertinya ada sms masuk.         
Secara tidak sengaja,  Cellin membaca sms itu karena handphone itu berlayar sentuh.
Cellin               :     “Sepulang sekolah di Gardena Park.tertanda agen rahasia. Apa maksudnya?” (berfikir sejenak) “aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Sepulang sekolah, Cellin membuntuti Jenifer menuju suatu ruangan rahasia yang sangat tersembunyi di Gardena Park.
Jenifer             :     “Ada hal penting apakah yang akan kita bicarakan?”
Steve               :     “Tentu saja tentang apa yang kau peroleh dari penyelidikanmu?”
Jenifer             :     “Saya masih belum menemukan bukti yang konkret dalam misi ini.”
Steve               :     “Saya maklumi karena misi ini memang berat. Anda harus bisa menangkap gembong narkoba yang menjadi buronan dan disinyalir berada di sekolah ternama itu. Nampaknya, anda harus bekerja keras.”
Jenifer             :     “Tentu, saya akan bekerja keras agar misi ini dapat terselesaikan.” ( tersenyum dengan penuh percaya diri)
Steve               : “Baiklah, lakukkan itu secepatnya.”
Jenifer             : “Tentu.”
Cellin               : “Jadi Jenifer itu adalah agen rahasia. Tapi aku masih ragu. Baiklah, besuk akan aku tanyakan padanya.” (dalam persembunyian)

Keesokan harinya, Cellin hendak bermaksud untuk menanyakan kebenaran atas apa yang telah dilihatnya. Sepulang sekolah Cellin menantinya di taman sekolah. Dari kejauhan nampak Alexandra bersama dengan Jenifer berjalan menuju arahnya.
Cellin               :     “Jenifer, aku boleh menanyakn sesuatu?”
Jenifer             :     “Tentu saja boleh.” (mengembangkan senyum)
Cellin               :     “Tapi kita bicaranya empat mata saja ya?”
Jenifer             :     “Tidak usah, kita bicara disini saja. Kita bertiga kan teman, tidak boleh ada rahasia diantara kita.”
Cellin               :     “Baiklah.” (terdiam sejenak) “Apa benar kamu adalah agen rahasia?”
Jenifer             :     “Tidak Cellin, kamu salah. Aku adalah siswi biasa seperti kalian.”
Cellin               :     “Tidak. Aku tidak salah Jenifer. Aku melihatmu di Gardenia Park. Kau bertemu dengan rekanmu membicarakan suatu misi rahasia.”
(Lama terdiam)
Cellin               :     “Ayo Jenifer mengakulah, kau bilang tak perlu ada rahasia diantara kita. Tak perlu lagi kau tutupi kedokmu.”
Jenifer             :     (cukup lam terdiam, kemudian menghela nafas) “Baiklah, aku mengaku. Aku adalah kaki tangan agen rahasia. Aku ditugaskan untuk menangkap gembong narkoba yang disinyalir berada di sekolah ini. Sebenarnya, melanggar kode etik kedetektifan jika aku membongkar penyamaranku. Tapi aku jauh akan merasa hina jika aku menjilat ludahku sendiri. Maaf selama ii aku tidak berterus terang pada kalian.” (menunudukkan kepala)
Alexandra      :     “Kalau memang benar kau adalah kaki tangan agen rahasia, maka aku adalah orang yang kamu cari.”
Jenifer             :     (terkejut) “Maksud kamu?’’
Alexandra      :     “Ya.. aku adalah gembong narkoba yang selama ini kau cari.”
Jenifer             :     “tidak mungkin.”
Alexandra      :     “Kau memang bisa tak menyangkanya, tapi memang inilah yang terjadi. Selama ini, kujadikan narkoba sebagai tempat pelarianku. Kurasa hidupku suram, aku terlalu dikekang orangtuaku. Tak boleh ini itu, akhirnya mendorongku menuju lingkaran setan. Namun kini aku telah sadar, narkoba hanya akan semakin merusak diriku dia hanya akan semakin menyita kebahagiaan yang mahal untukku. Sekarang kalian telah mengetahui siapa aku. Kalian berhak menangkapku.”
Jenifer             :     “Tidak Alexa, aku tidak akan menangkapmu. Kau adalah teman baikku, aku tak rela kehilanganmu.
Cellin               :     “Aku pun juga tak rela melepasmu Alexa. Yang terpenting kau sudah sadar dan mau meninggalkan benda haram itu.”
Alexandra      ;     “Tidak Cellin, aku memang pantas untuk ditangkap. Meskipun telah banyak kesalahan dan dosa yang kuperbuat, jangan pernah lupakan aku y kawan? Hanya itu pintaku. Ternyata, diantara kita ada sebuah rahasia yang selama ini belum terungkap. Diantara kita, ada kisah suka duka yang kita lewati bersama. Diantara kita, ada sebuah kesalahan yang harus ditebus. Maka dari itu, biarkanlah aku pergi untuk menebus semua kesalahanku, kawan.” (memeluk Cellin dan Jenifer)

***SELESAI***




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Narratives+Indonesian Translation+Generic Structure

Explanation Text

Puisi : GarudaKu tetaplah Mengangkasa diangkasa raya.. kami Garuda mudamu kan mengikuti jejakmu...