Postingan

Merapah Langkah, Kota Seribu Bunga

Pagi itu, mentari masih tersipu menunjukkan batang hidungnya. Ia masih samar dalam bayang mendung, meski orang-orang telah menantinya. Bayangan mendung itu, tak menurungkan niatku untuk mantadabur mahakaryaNya yang agung. Pagi itu pertama kalinya ku langkahkan kakiku menuju pengalaman baru yang takkan kulupakan. Panorama pegunungan di kanan-kiri seolah tak ingin lepas dari pandangan.  Kopeng, di sanalah arah mata angin membawaku.  Kopeng adalah sebuah daerah di kecamatan Getasan, Semarang, Jawa Tengah. Dari kota Salatiga, pengunjung harus mengambil rute menuju Kopeng yaitu sekitar 45 menit hingga satu jam untuk sampai Ketep Pass Magelang melalui rute Kopeng, dengan kecepatan rata-rata 50km/h. Jarak tersebut akan semakin dekat jika perjalanan dimulai dari pusat kota Salatiga yaitu sekitar 30 menit. Jalan beraspal khas perkotaan yang semula tanpa hambatan, sedikit demi sedikit berganti dengan jalanan berliku tajam. Tak jarang, jantung pun berdesir dibuatnya. Betapa tidak?...

Merdeka?

Perkenalkan, Aku adalah titik yang enggan untuk kau sudahi Juga sebuah tanya yang enggan ‘tuk pergi Hari ini, Semua berdendang kemerdekaan Sedang merdeka bukanlah rekaan, Namun perjuangan. Meski ku tak turut berjuang Namun dapat kurasakan Negara yang “dikata” merdeka, Penuh sukacita Namun, masih kulihat engkau Bukan mengharap angpau Juga bukan bapau Datang menengadah Mengharap lampu merah. “Demi sesuap nasi.” Begitu kau bersumpah Aku makan ayam, sedang engkau makan garam Aku naik merci, sedangkan kau bertelanjang kaki Aspal-aspal itupun menjadi saksi, Kau langkahkan kaki kesana kemari Tak kenal rumah, tak kenal arah Demi sesuap nasi Kawan, kata orang negaraku ini merdeka Kudengar sorak-sorai paduan suara membawa gempita, Mendendangkan “Hari Merdeka” Tak ada lagi darah yang tertumpah Juga tangis yang membuncah Tanah-tanah subur Aspal-aspal pembawa makmur Juga   tambang-tambang pelipur Namun.. masih kulihat peru...

Discovery of Life

Hidup memiliki cara yang tak biasa dalam bercerita. Terkadang, perlu tangis dan tawa agar alurnya berjalan selaras. Banyak rintang yang menghadang namun, tidak untuk menjadikannya sebuah alasan. Nick Vujicic sempat mengatakan, “life is choice between bitter or better”. Jika masalah datang menghadang, anggap saja kita hanya memiliki dua pilihan yaitu, menciptakan keadaan yang lebih baik atau tetap stay dengan pahit yang tengah dialami. Pada dasarnya, hidup adalah pilihan dan dalam kondisi terburuk sekalipun kita tidak bisa mengelak dari pilihan. Kita hanya bisa menentukan untuk diam untuk tenggelam atau bangkit untuk berpegang. Jika hanya berpangku tangan lalu bagaimanakah kisah kita ini akan berakhir bahagia? Terkadang kita memilih berlari, mencari ruang sunyi hingga tersesat dalam sepi. Sejenak batin kita akan tergugah namun, tak mampu bangkit. Terkadang pula, kita hanya bisa menengadah, di balik lembaran firmannya “Sesungguhnya setelah kesempitan itu akan ada kemudahan” (QS.Al-...

Six Kind of Monologues

Gambar
Six Kind of Monologues 1.     Explanation text A.       SOCIAL FUNCTION    : To explain the processes involved in the formation or workings of natural or sociocultural phenomena. B.        GENERIC STRUCTURE ·      A general statement to position the reader. ·        A sequenced explanation of why or how something occurs. C.   SIGNIFICANT   LEXICOGRAMMATICAL FEATURES ·        Focus on generic, non-human Participants. ·        Use mainly of Material and Relational Processes. ·        Use mainly of temporal and causal Circumstances and Conjunctions. ·        Some use of Passive voice to get Theme right D.       THE EXAMPLE OF NARRATIVE : Snow      ...