Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Merdeka?

Perkenalkan, Aku adalah titik yang enggan untuk kau sudahi Juga sebuah tanya yang enggan ‘tuk pergi Hari ini, Semua berdendang kemerdekaan Sedang merdeka bukanlah rekaan, Namun perjuangan. Meski ku tak turut berjuang Namun dapat kurasakan Negara yang “dikata” merdeka, Penuh sukacita Namun, masih kulihat engkau Bukan mengharap angpau Juga bukan bapau Datang menengadah Mengharap lampu merah. “Demi sesuap nasi.” Begitu kau bersumpah Aku makan ayam, sedang engkau makan garam Aku naik merci, sedangkan kau bertelanjang kaki Aspal-aspal itupun menjadi saksi, Kau langkahkan kaki kesana kemari Tak kenal rumah, tak kenal arah Demi sesuap nasi Kawan, kata orang negaraku ini merdeka Kudengar sorak-sorai paduan suara membawa gempita, Mendendangkan “Hari Merdeka” Tak ada lagi darah yang tertumpah Juga tangis yang membuncah Tanah-tanah subur Aspal-aspal pembawa makmur Juga   tambang-tambang pelipur Namun.. masih kulihat peru...

Discovery of Life

Hidup memiliki cara yang tak biasa dalam bercerita. Terkadang, perlu tangis dan tawa agar alurnya berjalan selaras. Banyak rintang yang menghadang namun, tidak untuk menjadikannya sebuah alasan. Nick Vujicic sempat mengatakan, “life is choice between bitter or better”. Jika masalah datang menghadang, anggap saja kita hanya memiliki dua pilihan yaitu, menciptakan keadaan yang lebih baik atau tetap stay dengan pahit yang tengah dialami. Pada dasarnya, hidup adalah pilihan dan dalam kondisi terburuk sekalipun kita tidak bisa mengelak dari pilihan. Kita hanya bisa menentukan untuk diam untuk tenggelam atau bangkit untuk berpegang. Jika hanya berpangku tangan lalu bagaimanakah kisah kita ini akan berakhir bahagia? Terkadang kita memilih berlari, mencari ruang sunyi hingga tersesat dalam sepi. Sejenak batin kita akan tergugah namun, tak mampu bangkit. Terkadang pula, kita hanya bisa menengadah, di balik lembaran firmannya “Sesungguhnya setelah kesempitan itu akan ada kemudahan” (QS.Al-...